PERAN FILSAFAT REALISME DALAM PENDIDIKAN
1.
ONTOLOGIS
Pada dasarnya realisme merupakan
filsafat yang memandang realitas secara dualitas. Realisme berbeda dengan
materialisme dan idealisme yang bersifat monitis. Realisme berpendapat bahwa
hakikat realitas adalah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme
membagi realitas menjadi dua bagian, yang subjek yang menyadari dan mengetahui
disatu pihak dan dipihak lainnya adalah adanya realita diluar manusia yang
dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia (Uyoh Sadulloh : 2007 : 103).
Secara umum realisme berarti
kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada apa yang
diharapkan atau kepada apa yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata
realisme dipakai dalam arti yang lebih teknis. Aliran filsafat realisme
berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran yang baik dan tepat
dari kebenaran.
Gagasan filsafat realisme terlacak
dimulai sebelum periode abad masehi dimulai, yaitu dalam pemikiran murid Plato
bernama Aristoteles (384-322 SM). Sebagai murid Plato, sedikit banyak
Aristoteles tentu saja memiliki pemikiran yang sangat dipengaruhi Plato dalam
berfilsafat. Dalam keterpengaruhannya, Aristoteles memiliki sesuatu perbedaan
pemikiran yang membuatnya menjadi berbeda dengan Plato.
Ibaratnya Plato mulai dari sebelah
selatan Aristoteles justru dimulai dari sebelah utara. Filsafat Aristoteles tampak seperti antitesis filsafat
Plato yang justru memiliki corak idealisme. Oleh karena itu, jika Plato
menyakini bahwa apa yang sungguh-sungguh ada adalah yang ada dalam alam idea, bagi Aristoteles benda-benda
itu sungguh pun tidak ada yang memikirkannya ia tetaplah ada. Keberadaannya
tersebut tidak dtentukan oleh akal. Disini fokus perhatian Aristoteles terhadap
kemungkinan sampai pada konsepsi-konsepsi tentang bentuk universal melalui
kajian-kajian atas objek-objek material. Kelak, ini akan menjadi dasar-dasar
pertama bagi lahirnya fisika modern serta sains, (Teguh Wangsa Gandhi
:2010:140).
Bentuk realisme
-
Realisme religius
Realisme religius dalam pandangannya
tampak dualistis. Ia berpendapat bahwa terdapat dua order yang terdiri atas “
order natural” dan “ order supernatural”. Kedua order tersebut berpusat pada
Tuhan. Tuhan adalah pencipta smesta alam dan abadi. Pendidikan merupakan suatu
proses untuk meningkatkan diri, guna mencapai yang abadi. Kemajuan diukur
sesuai dengan yang abadi tersebut yang mengambil tempat dalam alam. Menurut realisme religius, karena keteraturan
dan keharmornisan alam semesta sebagai ciptaan Tuhan, maka manusia harus
mempelajari alam sebagai ciptaan Tuhan. Tujuan utama pendidikan mempersiapkan
individu untuk dunia dan akhirat. Tujuan pendidikan adalah mendorong siswa
memiliki keseimbangan intelektual yang baik, bukan semata- mata penyesuaian
terhadap
linkungan fisik dan sosial saja. William Mc Gucken ( Brubacher, 1950) seorang
pengikut Aristoteles dan Thomas Aquina yang berakar pada metafisika dan
epistimologi, membicarakan pula natural dan supernatural. Menurut Gucken, tanpa
Tuhan tidak ada tujuan hidup, dan pada akhirnya tidak ada tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan adalah mempersiapkan manusia untuk hidup didunia sekarang
dlam arti untuk mencapai tujuan akhir yang abadi untuk hidup didunia sana.
Pandangannya tentang moral, realisme
religius menyetujui bahwa kita dapat memahami banyak hukum moral dengan
menggunakan akal, namun secara tegas beranggapan bahwa hukum-hukum moral
tersebut diciptakan oleh Tuhan. Tuhan telah memberkati manusia dengan kemampuan
rasional yang sangat tinggi untuk memahami hukum moral tersebut. Tidak seperti
halnya realisme natural yang hanya terbatas pada moral alamiah, realisme
religius beranggapa bahwa manusia diciptakan memiliki kemampun untuk melampaui
alam natural, yang pada akhirnya dapat mencapai nilai supernatural. Tujuan
pendidikan adalah keselamatan atau kebahagian jasmani dan rohani sekaligus.
Anak yang lahir pada dasarnya rohaninya dalam keadaan baik, penuh rahmat, diisi
dengan nilai-nilai ketuhanan. Anak akan menerima kebaikan dan menjauhi kejahatan
bukan hanya karena perintah akal, melainkan juga karena perintah Tuhan.
Johan
Amos Comenius merupakan pemikir pendidikan yang dapat digolongkan pada realisme
religius, mengemukakan bahwa semua manusia harus berusaha untuk.mencapai dua
tujuan. Pertama, keselamatan dan kebahagiaan hidup yang abadi. Kedua, keadaan
dan kehidupan dunia yang sejahtera dan damai. Tujuan pertama merupakan tujuan
yang inheren dalam diri manusia, dimana tujuannya terletak diluar hidup ini.
Kedua, memandang kebahagiaan hidup yang abadi.
2.
EPISTIMOLOGIS
Dalam hubungannya dengan pendidikan,
pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling
rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling
rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat
manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses
pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya. Dimana
ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang palig
tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka
ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan
pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan
pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik.
Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan
pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasaan terhadap minat dan kebutuhan
siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan
strategi mengajar yang bermanfaat.
Epistimologi – Realisme : kenyataan
hadir dengan sendiriya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia,
dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui
penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa
kesesuaiannya dengan fakta.
3.
AKSIOLOGI
Dalam
aliran ini menyatakan bahwa pendidikan seorang anak itu dimulai dari dunia
fisik dan dunia rohani. Dari dunia fisik yaitu kita sebagai calon pendidik kita
harus mencontohkan cara merawat fisik kita dengan benar agar selalu sehat dan
bersih. Sedangkan dunia rohani yaitu kita harus menanamkan keagamaan/religius
terhadap peserta didik , karna semua siswa itu lebih mengikuti contoh yang
nyata.
Dan dalam aliran ini pengaruh dalam
dunia pendidikan adalah bahwa pendidikan itu fakta dan nyata. Artinya bahwa pendidikan
itu bersifat fakta dan nyata ilmu yang diberikan guru atau sekolah terhadap
anak didiknya. Karena anak memiliki sikap yang mengerti karna itu bersifat
nyata bukan bersifat tidak nyata atau semu. Dan anak juga memiliki sikap yang
kritis, dia akan menanyakan apakah yang diceritakan atau diinformasikan
kepadanya itu benar-benar ada atau tidak nyata. Dan pendidikan juga harus
bersifat universal atau seragam. Dimulai dari pendidikan kelas rendah, karena
dikelas rendah ini lah anak akan diberikan bekal yang benar-benar menentukan
prilaku dan tingkah laku anak kedepannya nanti. Jikalau pendidikan kelas rendah
ini tidak memiliki keseragaman tidak terciptanyalah acuan dalam dunia
pendidikan.
Menurut realisme religus. Tujuan
utama pendidikan mempersiapkan individu untuk dunia dan akhirat. Tujuan
pendidikan adalah mendorong siswa memiliki keseimbangan intelektual yang baik,
bukan semata- mata penyesuaian terhadap linkungan fisik dan sosial saja.
William Mc Gucken ( Brubacher, 1950) seorang pengikut Aristoteles dan Thomas
Aquina yang berakar pada metafisika dan epistimologi, membicarakan pula natural
dan supernatural. Menurut Gucken, tanpa Tuhan tidak ada tujuan hidup, dan pada
akhirnya tidak ada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah mempersiapkan
manusia untuk hidup didunia sekarang dlam arti untuk mencapai tujuan akhir yang
abadi untuk hidup didunia sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar