Naskah
Drama
“Bermuka
Dua”
Dahulu kala disebuah desa bernama “Desa
Kemunir” disana tinggallah seorang gadis cantik bernama Ranjana. Dia seorang
gadis yang cantik, manis, putih, dan tinggi tetapi dibalik kesempurnaannya itu
dia memiliki sifat yang jahat, sombong dan bermuka dua. Dihadapan warga-warga
dia terlihat jahat dan sombong. Didesa tersebut tinggallah seorang pangerang
dari kerajaan Munir yang bernama Bayu. Ranjana pun terpesona dan jatuh hati
kepada Bayu, lalu ia mulai mencari tau tentang kehidupan Bayu. Disaat Ranjana
mencari informasi ternyata Bayu seorang anak
dari pangeran dari kerajaan Munir. Ditengah perjalanan pangeran Bayu pun
bertemu dengan Ranjana. Lalu mereka bertegur sapa.
Ranjana : hai pangeran Bayu saya Ranjana.
Bayu :
hai juga Ranjana. Ada apa ?
Ranjana : hendak kemana pangeran pergi ?
Bayu :
ke desa kemunir untuk melihat keadaan disana apakah baik-baik saja.
Ranjana : bolehkah saya mengantarkan pangeran
kesana ? karena saya juga ingin menuju kedesa itu ?
Bayu :
oh, baiklah. Mari kita berangkat.
Mereka berdua pun berjalan bersama
menuju ke desa Kemunir. Didalam perjalanan Ranjana terus menatapi pangeran
lelaki yang dia cintai itu.
Bayu :
kenapa kau menatapku seperti itu ?
Ranjana : oh tidak, tidak pangeran (langsung menunduk karena malu).
Bayu :
mungkin hanya perasaanku saja (dalam hati).
Setelah
itu mereka pun tiba di desa Kemunir. Mereka pun saling berpamitan, karena
mereka beda arah dan tujuan.
Ranjana : duluan pangeran.
Bayu :
iya, silahkan.
Pangeran
pun menuju ke dalam istana, dan bertemu dengan pembantu kerajaan yang bernama
bi Sumi. Bi Sumi bekerja di kerjaan sudahlah sangat lama sejak pangeran Bayu
masih kecil bi Sumi sudah kerja di kerjaan Munir.
Bi Sumi :
eh den Bayu sudah pulang.
Bayu :
iya bi, Bayu baru saja sampai.
Bi Sumi :
mau bibi ambilkan makan den ?
Bayu :
tidak usah repot-repot bi, nanti Bayu ambil sendiri.
Bi Sumi : ya sudah kalau begitu bibi lanjutkan
lagi ya pekerjaan rumah.
Bayu :
iya bi silahkan.
Bibi
pun kembali menyelesaikan pekerjaan rumah, lalu kemudian menyiapkan makan
malam. Setelah selesai menyiapkan makan malam mereka pun makan bersama-sama
dimeja makan. Disaat makan malam berlangsung terjadi percakapan serius antara
Bayu, Baginda dan Ratu.
Baginda : wahai anakku Bayu, kapankah engkau
akan membawa seorang putri keistana ini ? dan memperkenalkannya kepada kami ?
Bayu : ayah kenapa menanyakan seperti itu
? tumben-tumbenan ?
Baginda : ayah sudah semakin tua anakku, ayah
juga ingin melihatmu bahagia bersama seorang putri yang cantik jelita.
Ratu : iya bayu bunda sudah tidak sabar
menggendong cucu ?
Bayu : secepatnya ayah bunda, doakan bayu
ya supaya cepat menemukan pasangan bayu.
Baginda : ayah selalu mendoakan yang terbaik
buatmu nak.
Ratu : bunda selalu juga mendoakan yang
terbaik untukmu juga nak.
Bayu : terimakasih yah, bun.
Mereka
pun melanjutkan kembali makan malam, beberapa menit kemudian makan malam pun
selesai. Mereka saling berpamitan untuk tidur.
Bayu :
selamat malam ayah, bunda.
Baginda : malam bayu.
Ratu :
malam bayu.
Sambil
berjalan menuju tempat tidur, keesokan harinya mereka kembali makan bersama,
kali ini sarapan bersama.
Bayu :
selamat pagi bun, yah.
Baginda :
pagi nak.
Ratu :
pagi nak.
Bayu :
bayu ijin keluar sebentar, ingin mencari angina segar.
Baginda :
iya tapi hati-hati nak, jangan terlalu sore pulangnya ya.
Bayu :
siap yah.
Bayu
dengan bergembira berjalan-jalan mengelilingi desa kemunir, ditengah perjalanan
dia pun bertemu dengan Ranjana kembali.
Bayu :
hai Ranjana..
Ranjana : hai pangeran.
Bayu :
sedang apa kau berada disini ?
Ranjana : sedang mencari angin segar, kau sendiri
sedang apa disini pangeran ?
Bayu :
akupun juga sedang mencari angin segar.
Setelah
mereka saling berkomunikasi tumbuhlah rasa cinta diantara mereka berdua, rasa
sayang dan rasa ingin memliki satu sama lain. Dan mereka pun juga melakukan
pendekatan satu dengan yang lainnya.
Bayu :
dimanakah kau tinggal Ranjana ?
Ranjana : di ujung desa kemunir pangeran.
Bayu :
tidak usah kau panggil saya pangeran panggil saya Bayu saja.
Ranjana : baik Bayu.
Bayu :
bolehkah aku main kerumah kamu Ranjana ?
Ranjana : tapi rumah aku tidak terlalu bagus Bayu.
Bayu :
tidak apa-apa Ranjana.
Ranjana : baiklah kalau kamu memaksa. Ayo kita kerumah aku.
Bayu :
iya Ranjana.
Mereka
pun berjalan menuju kerumah Ranjana yang ada didesa Kemunir, dalam perjalanan
terlihat sekali anak muda yang sedang dimabuk asmara. Mereka pun tidak sadar
bahwa mereka berjalan sambil berpengangan tangan. Dan mereka pun sesekali
saling pandang-pandangan satu sama lain.
Ranjana : sudah sampai Bay, ini rumah aku.
Bayu : oh iya iya ini rumahmu ? (sambil
merasa kaget karena selalu menatap wajah Ranjana selama perjalanan).
Ranjana : iya Bay (dengan tersipu malu).
Bayu : dengan siapa kamu tinggal disini
Ranjana ?
Ranjana : aku tinggal disini sendiri Bay, karena
orang tuaku berpisah aku tinggal bersama nenekku tetapi dia sudah meninggal dua
tahun yang lalu. (dengan meneteskan air mata).
Bayu : maafkan aku Ranjana membuat perasaanmu
sedih kembali. (sambil memberikan sapu tangan miliknya).
Ranjana : tidak apa-apa Bay.
Bayu : ya udah jangan bersedih lagi ya,
bagaimana kalau kita keliling kampung ini untuk mencari udara segar.
Ranjana : baiklah.
Mereka
pun berangkat bersama berkeliling kampung untuk mencari udara segar. Ditengah
perjalanan mereka pun bertemu dengan kedua orang tua Bayu, yang sedang
mengamati warga kampung kemunir.
Baginda : hai nak, sedang apa kamu disini ?
Bayu : sedang jalan-jalan bersama teman
aku yah, oh iya kenalkan ini Ranjana yah bun
Ratu
: cantik sekali dia nak.
Baginda : iya cantik sekali dia.
Ranjana : bisa saja baginda dan ratu. (sambil tersipu malu).
Ratu :
maukah kau mala mini makan malam bersama kami Ranjana?
Ranjana : bagaimana ya ratu saya tidak pantas
untuk menginjakan kaki di istana.
Ratu : tidak Ranjana siapa yang kami
undang berarti itu pantas untuk menginjakan kaki disana.
Bayu :
bunda benar, makan malamlah bersama kami.
Ranjana : baiklah (dengan malu-malu).
Baginda : ya sudah kalau begitu kami mau
melanjutkan perjalanan kami.
Bayu :
baik yah.
Baginda
dan ratu pun kembali melanjutkan perjalanannya memantau desa kemunir, sedangkan
bayu dan ranjana pun kembali melanjutkan perjalanannya. Terlalu asik bercanda
dan bersenang-senang mereka pun tidak sadar bahwa hari sudah semakin petang.
Bayu :
hari sudah mulai petang, sebaiknya kita
pulang ?
Ranjana : oh iya, ayo kita pulang.
Mereka
pun akhirnya kembali pulang kerumah masing-masing. Bayu pulang ke istana dan
Ranjana pun pulang kerumahnya diujung desa. Setibanya dirumah Bayu bertemu bi Sumi.
Bayu :
assalammualaikum bi.
Bi Sumi : waalaikum salam den, baru pulang den ?
Bayu : iya bi, tadi aku abis muter-muter
kampung bersama Ranjana.
Bi Sumi : siapa den ? Ranjana ? (dengan terkejut)
Bayu : iya bi, bibi kenapa ? sepertinya
kaget sekali mendengar namanya ?
Bi Sumi :
tidak den tidak apa-apa. (dengan muka kaget)
Bi Sumi yang sudah mengetahui sifat
asli Ranjana pun tidak memberi tahu kepada den Bayu, bi Sumi takut den Bayu
tidak mempercayainya.
Bi Sumi : ya sudah, bibi siapin makan malam
dahulu ya (dengan terburu-buru).
Bayu :
iya bi.
Bibi
pun terburu-buru berjalan menuju dapur. Malam pun tiba mereka pun akhirnya
makan malam bersama. Dan Ranjana pun tiba diistana.
Ratu :
akhirnya kamu datang juga.
Ranjana : iya ratu pasti aku datang (tersenyum).
Baginda : ayo kita makan jangan ngobrol terus.
Bayu :
iya ayah benar.
Merekapun
makan malam bersama. Diakhir makan malam bersama adapun perbincangan antara
mereka.
Ratu :
Ranjana, bantu bi Sumi mengantarkan piring kebelakang ?
Ranjana : aduh ratu nanti tangan aku kotor, terus
nanti tangan aku tidak mulus lagi. Lagi pula kana ada bibi Sumi biar dia aja
yang mengangkatnya ke dapur.
Ratu
pun terkejut, dibalik wajahnya yang cantik, manis dan putih itu ternyata ada sifat sombong. Bayu pun juga
terkejut mendengarnya. Dan langsung berfikir apakah hubungan mereka mau
dilanjutkan ke jenjang yang lebih serius lagi.
Ratu :
oh begitu ya nak. (muka heran).
Ranjana : kenapa ratu terlihat seperti itu jawaban saya salah ?
Ratu :
tidak tidak.
Ranjana
baru sadar bahwa dia sudah menunjukkan sifat kesombongannya itu didepan ratu.
Dan langsung berpamitan pulang karena dia merasa malu dengan keluarga Bayu.
Ranjana : pamit pulang dulu ya semua. (muka malu).
Semua :
iya hati-hati (muka kaget).
Ranjana
pun pergi dari istana karena malu sudah menunjukkan sifat aslinya didepan
keluarga Bayu. Pada pagi hari dia pun sedang berjalan-jalan kepasar berniat
untuk berbelanja. Disaat berbelanja, berbincang-bincang dengan pedagang.
Pedagang : mau beli apa neng yang cantik.
Ranjana : saya emang cantik bang. Tapi saya
tidak sudi dibilang cantik dengan abang. (sambil membuang ludah).
Pedagang : sombong sekali neng. Percuma cantik kalau
sombong kecantikannya pun luntur hilang.
Ranjana : cantik saya tidak akan luntur. Karena
kecantikan saya itu bertahan lama.
Pedagang : iya neng yang sombong. Jadi mau beli apa
kesini ? atau Cuma mau pamer kesombongan saja ?
Ranjana : eh bang jadi pedagang yang sopan sama
konsumen, saya tidak sudi beli sama pedagang yang tidak sopan kaya abang.
Pedagang : kan situ yang mulai neng sombongnya. Ya
sudah saya tidak memaksa.
Lalu
Ranjana pun pergi meninggalkan tempat pedagang itu. Dia tidak sadar saat
berbincang dengan pedagang disana tidak sengaja ternyata di dekat situ ada Bayu
yang sudah mendengar semua perkataan Ranjana kepada pedagang itu. Bayu pun
terkget-kaget dan heran ternyata Ranjana bermuka dua dibalik wajahnya yang
cantik, manis dan putih ternyata dia memiliki sifat yang jahat, sombong dan
bermuka dua. Mulai saat itu pun Bayu tidak menemui Ranjana lagi. Dan bertekad
untuk tidak bertemu dengannya selamanya. Tamat.
Penulis Naskah : Ellin Handayani (PGSD 5C Univ. Sultan Ageng Tirtayasa).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar