1. Peran Filsafat Realisme dalam Pendidikan
2. Peran Filsafat Realisme dalam Pendidikan Ref 1
3. Asal Usul Etnis dan Nama Karo
4. Filosofi Pohon Singkong
5. Cara Mendidik Anak Berpuasa
6. Ciri-ciri Generasi Pada Abad ke 21
7. Ahok Menaikkan Gaji PNS di DKI
8. Asal Muasal Marga Munthe dalam Suku Karo
9. Danau Toba
10. Nganting Manok dalam Suku Batak Karo
11. Maba Belo Selambar dalam Suku Batak Karo
12. Peranan Guru
13. Makalah Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
14. Makalah Manajemen Berbasis Sekolah
15. Makalah Guru Profesional dan Bermartabat
16. Naskah Drama "Bermuka Dua"
17. Makalah Atletik
18. Latihan Kepemimpinan Baris Berbaris
19. RPP Sifat Bahan
20. Matrikulasi KTSP Kelas III
21. Makalah Rangkaian Listrik
22. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
23. Bilangan Bulat dan Lambangnya
24. Tali Temali
25. Model Pengajaran Langsung
26. Macromedia Flash
27. SK dan KD Matematika
28. [INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Selasa, 06 Januari 2015
Maba Belo Selambar Dalam Suku Batak Karo
Maba Belo Selembar adalah upacara meminang
gadis menurut adat karo. Tujuannya adalah untuk menanyakan kesediaan si gadis,
orang tua, sembuyak, anak beru, kalimbubu, singalo bere-bere, dan
kalimbubu si ngalo perkempun atas pinangan tersebut.
Mula nya acara maba
belo selembar ini di lakukan pada malam hari setelah selesai makan. Oleh
karennya dalam acara maba belo selembar ini tidak ada acara makan
bersama. Akan tetapi, dewasa ini acara ini adakalanya diadakan di siang atau
sore hari, yang diawali atau diakhiri dengan makan bersama. Adapun yang hadir
dalam upacara ini adalah ( kasus L.S beru Brahmana).
a.
Dari pihak perempuan
-
Gadis yang dilamar
-
Orang tua ( Sukut)
-
Sembuyak (keluarga semarga)
-
Senina sikaku ranan
-
Kalimbubu si ngalo bere-bere
-
singalo perbibin (yang menyambut bibi).
-
Anak beru (anak perempuan atau kelompok yang
mengambil istri dari keluarga/marga tertentu).
b. Dari
Pihak Laki-laki
-
Pemuda yang melamar
-
Orang tua
-
Sembuyak (keluarga semarga)
-
Senina si kaku ranan-Kalimbubu si ngalo ulu mas
-
Anak beru
Dalam acara
maba belo selembar ini dahulu pembicaraan tidak di awali dengan menyerahkan
kampil persentabin
(sekumpulan sirih kumplit). Akan tetapi sekarang ada kalanya diawali
dengan menyerahkan kampil persentabin. Apabila demikian maka pihak
pelamar (laki-laki) harus mempersiapkan enam buah kampil yang isinya
adalah peralatan merokok (rokok), korek api, dan peralatan makan sirih seperti
daun sirih, gambir, kapur, pinang dan tembakau. Kampil ini lima buah di
serahkan kepada pihak perempuan masing-masing disampaikan kepada:
- Sukut
- Anak beru (anak perempuan atau kelompok yang mengambil istri dari keluarga/marga tertentu).
- Kalimbubu singalo bere-bere ( yang menyambut sodara perempuan yang menikah / abang)
- Kalimbubu singalo perkempun (kakek)
- Singalo perbibin (yang menyambut bibi).
Sedangkan
satu buah kampil kepada pihak laki-laki dan diserahkan kepada kalimbubu
singalo ulu emas. Selesai penyerahan kampil persentabiin ni baru
acara maba belo selembar dimulai. Adapun pembicaraan utama dalam maba
belo selembar ini adalah menanyakan kesediaan si gadis, orang tua, (sembuyak
senina), anak beru, dan kalimbubu (singalo bere-bere, singalo perkempun)
dan singalo perbibin, atas lamaran tersebut. Apabila kesediaan sudah di
peroleh maka acara maba belo selembar sesungguhnya sudah selesai.
Kata akhir tentang maba
belo selembar ini ada pada kalimbubu singalo bere-bere. Untuk itu
sebelum ia menanyai si gadis terlebih dahulu kepadanya di serahkan kampil
pengarihi (bila erdemu bayu) atau kampil pengorati (bila petuturken),
tapi tidak di bawa nangkih dan perkawinan terjadi atas kemauan si gadis dan si
pemuda). Bila zaman dahulu dalam perkawinan erdemu bayu, kalimbubu
singalo bere-bere ini dapat juga menanyai tentang upah sigadis untuk kawin
atau permintaan -permintaan tertentu kepada keluarga pemuda. Atas persetujuan
pihak perempuan acara dapat dilanjutkan dengan ersinget-singet tentang :
1. Gantang
Tumba/Unjuken yang diserahkan kepada keluarga sigadis, terdiri dari
- Gantang tumba/unjuken/perkerbon/ganti gigeh
- Rudang-rudang.
- Senina si kaku ranan.
2. Yang
diserahkan kepada kalimbubu tiga serangkai (telu sada dalanan) berupa :
- Bere-bere
- Perkempun
- Perbibin
3. Yang
diserahkan kepada anak beru, yakni perkembaren (perseninan/sabe).
4. Ulu
emas kepada kalimbubu si ngalo ulu emas.
5. Hari
pelaksanaan pesta.
6. Ose
pengantin dan orang tua.
7. Acara Pesta.
8. Tentang
acara landek.
9. Tentang
Undangan
Selesai hal ini di
bicarakan, kemudian untuk kesepakatan bersama dilakukan sijalapen
(keluarga dekat) masing-masing, terdiri dari:
- siapa yang akan kawin ( siempo/si sereh)
- Orang tua / simupus
- Sembuyak/sinereh/si pempokenca
- Senina ku ranan
- Anak beru tua
- Anak beru ceku baka
- Anak beru menteri (untuk laki-laki saja)
Selesai sijalapen anak beru pihak laki-laki lalu
menyerahkan pudun dan penindih pudun yaitu daun nipah yang
di simpulkan sebagai tanda kesepakatan yang telah tercapai sebanyak lima buah
kepada pihak perempuan yang di serahkan masing-masih kepada:
- sukut
- singalo bere-bere
- singalo perkempun (
- Singalo perbibin (yang menyambut bibi).
- Anak beru (anak perempuan atau kelompok yang mengambil istri dari keluarga/marga tertentu).
yang isinya tentang pelaksanaan nganting manuk.
Sedangkan sebuah kepada pihak laki-laki yang isinya diumumkan kepada semua yang
hadir tentang isi dari permusyawarahan yang telah dilakukan .
Sumber : Tulisan di atas di ambil langsung
dari buku : ADAT KARO, Darwan Prinst, SH
NGANTING MANOK Dalam Suku Batak Karo
Acara Nganting
Manok, adalah merupakan musyawarah adat antara keluarga pengantin pria dan wanita
guna membicarakan ganta tumba/unjuken ras mata kerja yang artinya
adalah tentang masalah pesta dan pembayaran (uang mahar) yang harus diberikan
oleh pihak laki-laki kepada pihak keluarga perempuan.
Dalam adat masyarakat Karo didalam membuat atau
merancang suatu pesta ada hak dan kewajiban dari pihak-pihak Kalimbubu
(pihak perempuan) yang terdiri dari, Singalo bere-bere, Singalo
perkempun, Singalo perbibin. Pihak Kalimbubu
berhak menerima tukor (uang mahar) dari pihak laki-laki yang kawin tersebut dan
disamping itu berkewajiban pula membayar utang adat berupa kado (luah)
kepada pengantin. Hak dari Kalimbubu tadi antara satu daerah/wilayah
dengan wilayah yang lain bias berbeda jumlahnya tergantung kebiasaan setempat.
Kalau didaerah wilayah Singalor Lau (Tiga Binanga) yang harus diberikan kepada Kalimbubu Singalo
Bere-Bere Rp. 86.000, Kalimbubu Singalo Perkempun Rp. 46.000, dan Kalimbubu
Singalo Perbibin Rp. 24.000 . Tapi bilamana yang melakukan perkawinan
tersebut dianggap keturunan ningrat (darah biru / Sibayak) dan berada
(kaya) maka uang mahar diatas biasa ditambahi dengan jumlah tertentu sesuai
kesepakatan.
Tetapi hal ini tidak terjadi patokan karena tidak ada
keharusan membayarkan uang tersebut tetapi hal dimaksud hanya sekedar sebuah
penghargaan (jile-jile) atau sebuah pernyataan kepada masyarakat bahwa
yang kawin tersebut bukan orang sembarangan. Sesungguhnya uang mahar tadi masih
ada yang berhak tetapi sesuai tujuan tulisan yang akan diulas hanyalah uang
mahar yang menjadi hak dari Kalimbubu pihak perempuan tersebut. Disisi
lain pihak Kalimbubu ini juga mempunyai kewajiban untuk membawa kado (luah).
Kado (luah)
KALIMBUBU SINGALO BERE-BERE, berupa:
- Lampu Menyala, maknanya adalah agar rumah tangga (jabu) yang baru dibentuk tersebut menjadi terang kepada sanak keluarga (kade-kade) pada khususnya dan terhadap semua orang pada umumnya.
- Kudin Perdakanen ras Ukatna, maknanya adalah sebagai modal awal membangun rumah tangga baru tersebut dengan harapan agar kedua pengantin rajin bekerja mencari makan.
- Pinggan Perpanganen, maknanya adalah agar kedua mempelai mendapat berkat dari Yang Maha Kuasa.
- Beras Meciho (page situnggong tare mangkok dan naroh manok kemuliaan), maknanya adalah agar kedua mempelai tersebut selalu serasi dan mendapatkan kemuliaan.
- Manok Asuhen (manok pinta-pinta), maknanya adalah agar keluarga yang baru tersebut diberi rezeki yang baik dan apapun yang dicita-citakan berhasil.
- Amak Dabuhen (amak tayangen ras bantal), maknanya adalah agar keluarga baru tersebut dapat menikmati kebahagiaan.
Demikian juga SINGALO PERKEMPUN membawa kado (luah)
berupa:
- Satu buah amak (amak cur)
- Satu buah bantal
- Satu ekor ayam (manok asuhen)
- Dua buah piring
Seterusnya SINGALO PERBIBIN akan memberikan kado
(luah) berupa:
- Selembar uis gara (perembah pertendin)
- Selembar tikar kecil (amak cur)
DANAU TOBA
Suatu kisah pada zaman dahulu di suatu desa di Sumatera Utara
hiduplah seorang petani bernama Toba yang menyendiri di sebuah lembah yang
landai dan subur. Petani itu mengerjakan lahan pertaniannya untuk kelangsungan hidupnya. Selain mengerjakan
ladangnya, kadang-kadang lelaki itu pergi memancing ke sungai yang berada
tak jauh dari rumahnya. Setiap kali dia memancing, mudah saja ikan didapatnya
karena di sungai yang jernih itu memang banyak sekali ikan. Ikan hasil
pancingannya dia masak untuk dimakan.
Pada suatu
sore, setelah pulang dari ladang lelaki itu langsung pergi ke sungai untuk
memancing. Tetapi sudah cukup lama ia memancing tak seekor iakan pun
didapatnya. Kejadian yang seperti itu,tidak pernah dialami sebelumnya. Sebab
biasanya ikan di sungai itu mudah saja dia pancing. Karena sudah terlalu lama
tak ada yang memakan umpan pancingnya, dia jadi kesal dan memutuskan untuk
berhenti saja memancing. Tetapi ketika dia hendak menarik pancingnya, tiba-tiba
pancing itu disambar ikan yang langsung menarik pancing itu jauh ketengah
sungai. Hatinya yang tadi sudah kesal berubah menjadi gembira, Karena dia tahu
bahwa ikan yang menyambar pancingnya itu adalah ikan yang besar.
Setelah
beberapa lama dia biarkan pancingnya ditarik ke sana kemari, barulah pancing
itu disentakkannya, dan tampaklah seekor ikan besar tergantung dan menggelepar-gelepar
di ujung tali pancingnya. Dengan cepat ikan itu ditariknya ke darat supaya
tidak lepas. Sambil tersenyum gembira mata pancingnya dia lepas dari mulut ikan
itu. Pada saat dia sedang melepaskan mata pancing itu, ikan tersebut
memandangnya dengan penuh arti. Kemudian, setelah ikan itu diletakkannya ke
satu tempat dia pun masuk ke dalam sungai untuk mandi. Perasaannya gembira
sekali karena belum pernah dia mendapat ikan sebesar itu. Dia tersenyum sambil
membayangkan betapa enaknya nanti daging ikan itu kalau sudah dipanggang.
Ketika meninggalkan sungai untuk pulang kerumahnya hari sudah mulai senja.
Setibanya di
rumah, lelaki itu langsung membawa ikan besar hasil pancingannya itu ke dapur.
Ketika dia hendak menyalakan api untuk memanggang ikan itu, ternyata kayu bakar
di dapur rumahnya sudah habis. Dia segera keluar untuk mengambil kayu bakar
dari bawah kolong rumahnya. Kemudian, sambil membawa beberapa potong kayu bakar
dia naik kembali ke atas rumah dan langsung menuju dapur.
Pada saat
lelaki itu tiba di dapur, dia terkejut sekali karena ikan besar itu sudah tidak
ada lagi. Tetapi di tempat ikan itu tadi diletakkan tampak terhampar beberapa
keping uang emas. Karena terkejut dan heran mengalami keadaan yang aneh itu,
dia meninggalkan dapur dan masuk kekamar.
Ketika
lelaki itu membuka pintu kamar, tiba-tiba darahnya tersirap karena didalam
kamar itu berdiri seorang perempuan dengan rambut yang panjang terurai.
Perempuan itu sedang menyisir rambutnya sambil berdiri menghadap cermin yang
tergantung pada dinding kamar. Sesaat kemudian perempuan itu tiba-tiba
membalikkan badannya dan memandang lelaki itu yang tegak kebingungan di mulut
pintu kamar. Lelaki itu menjadi sangat terpesona karena wajah perempuan yang
berdiri dihadapannya luar biasa cantiknya. Dia belum pernah melihat wanita
secantik itu meskipun dahulu dia sudah jauh mengembara ke berbagai negeri.
Karena hari
sudah malam, perempuan itu minta agar lampu dinyalakan. Setelah lelaki itu
menyalakan lampu, dia diajak perempuan itu menemaninya kedapur karena dia
hendak memasak nasi untuk mereka. Sambil menunggu nasi masak, diceritakan oleh
perempuan itu bahwa dia adalah penjelmaan dari ikan besar yang tadi didapat
lelaki itu ketika memancing di sungai. Kemudian dijelaskannya pula bahwa
beberapa keping uang emas yang terletak di dapur itu adalah penjelmaan
sisiknya. Setelah beberapa minggu perempuan itu menyatakan bersedia menerima
lamarannya dengan syarat lelaki itu harus bersumpah bahwa seumur hidupnya dia
tidak akan pernah mengungkit asal usul istrinya
myang menjelma dari ikan. Setelah lelaki itu bersumpah demikian, kawinlah
mereka. Setahun kemudian, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang mereka beri nama Samosir.
Anak itu sngat dimanjakan ibunya yang mengakibatkan anak itu bertabiat kurang baik dan pemalas. Setelah cukup besar, anak itu disuruh ibunya
mengantar nasi setiap hari untuk ayahnya yang bekerja di ladang. Namun, sering
dia menolak mengerjakan tugas itu sehingga terpaksa ibunya yang mengantarkan
nasi ke ladang.
Suatu hari,
anak itu disuruh ibunya lagi mengantarkan nasi ke ladang untuk ayahnya. Mulanya
dia menolak. Akan tetapi, karena terus dipaksa ibunya, dengan kesal pergilah ia mengantarkan nasi itu. Di
tengah jalan, sebagian besar nasi dan lauk pauknya dia makan. Setibanya
diladang, sisa nasi itu yang hanya tinggal sedikit dia berikan kepada ayahnya.
Saat menerimanya, si ayah sudah merasa sangat lapar karena nasinya terlambat
sekali diantarkan. Oleh karena itu, maka si ayah jadi sangat marah ketika
melihat nasi yang diberikan kepadanya adalah sisa-sisa. Amarahnya makin
bertambah ketika anaknya mengaku bahwa dia yang memakan sebagian besar dari
nasinya itu. Kesabaran si ayah jadi hilang dan dia pukul anaknya sambil
mengatakan: “Anak kurang ajar. Tidak tahu diuntung. Betul-betul kau anak
keturunan perempuan yang berasal dari ikan!”
Sambil
menangis, anak itu berlari pulang menemui ibunya di rumah. Kepada ibunya dia
mengadukan bahwa dia dipukuli ayahnya. Semua kata-kata cercaan yang diucapkan
ayahnya kepadanya di ceritakan pula. Mendengar cerita anaknya itu, si ibu sedih sekali, terutama
karena suaminya sudah melanggar sumpahnya dengan kata-kata cercaan yang dia
ucapkan kepada anaknya itu. Si ibu menyuruh anaknya agar segera pergi mendaki
bukit yang terletak tidak begitu jauh dari rumah mereka dan memanjat pohon kayu tertinggi yang terdapat di puncak bukit
itu. Tanpa bertanya lagi, si anak segera melakukan perintah ibunya itu. Dia
berlari-lari menuju ke bukit tersebut dan mendakinya.
Ketika
tampak oleh sang ibu anaknya sudah hampir sampai ke puncak pohon kayu yang
dipanjatnya di atas bukit , dia pun berlari menuju sungai yang tidak begitu
jauh letaknya dari rumah mereka itu. Ketika dia tiba di tepi sungai itu kilat
menyambar disertai bunyi guruh yang megelegar. Sesaat kemudian dia melompat ke
dalam sungai dan tiba-tiba berubah menjadi seekor ikan besar. Pada saat yang sama,
sungai itu pun banjir besar dan turun pula hujan yang sangat lebat. Beberapa
waktu kemudian, air sungai itu sudah meluap kemana-mana dan tergenanglah lembah
tempat sungai itu mengalir. Pak Toba tak bisa menyelamatkan dirinya, ia mati
tenggelam oleh genangan air. Lama-kelamaan, genangan air itu semakin luas dan
berubah menjadi danau yang sangat besar yang di kemudian hari dinamakan orang
Danau Toba. Sedang Pulau kecil di
tengah-tengahnya diberi nama Pulau Samosir.
Langganan:
Postingan (Atom)